Kontra Muerta, Masih Ada Tubuh Hidup di Garda Depan Kamar Mayat

Mei 29, 2019

Morgue Vanguard atau Ucok 'Homicide', adalah salah satu rapper asal Bandung yang ambil bagian di perkembangan musik hiphop Indonesia -- dan menyebalkannya, secara tidak langsung juga ikut ambil andil di hidup saya sebagai manusia. MV diakui sebagai salah satu dedengkot scene hiphop dan underground di Bandung hingga seluruh Indonesia. Saya mulai mengagumi MV sejak saya masih SMP sebab album-album Homicide beserta liriknya berkeliaran di Internet. Saya mulai didoktrin Homicide dengan ideologi kekiriannya sejak itu, lirik mereka memengaruhi gaya penulisan saya (bahkan saya menulis potongan sampah ini dengan meniru gaya Gutterspit) dan playlist di ponsel saya dipenuhi lagu mereka dan pihak-pihak yang beririsan dengan mereka. Perlu saya akui; secara tidak langsung, saya adalah anak didikan Homicide.

Morgue Vanguard sebegitu jauhnya memengaruhi hidup saya, sehingga saya tidak bisa melewatkan untuk membagi pendapat soal track baru yang MV rilis beberapa hari lalu: Kontra Muerta. Sejak pertama saya melihat hawar-hawarnya di akun Instagram Uprock83 dengan sebuah gambar dua botol molotov, saya sudah mereservasi telinga, khusus hanya untuk Kontra Muerta. Saya tidak ingin menyebut post ini sebagai review atau ulasan serupa pemerhati musik yang membedah tiap hal dan mengutarakan pendapatnya sebagai telinga yang bisa menghakimi. Ini hanya pendapat pribadi yang didasari hal-hal tak berdasar selain kekaguman dan ... kekaguman. Lagian, jauh dari jangkauan untuk Baris Aksara me-review sebuah musik tanpa tahu apa itu musik secara mendalam.

Cut the crap, enjoy!



Seperti yang kita ketahui, Morgue Vanguard sudah merilis lagu beberapa hari yang lalu bertajuk "Kontra Muerta". As one of people who love MV, i want to share my opinion about the track.
Sebelum baca pendapat basi saya, alangkah baiknya kalian dengar dan nilai sendiri di sini

1. Musik:
Saya tidak akan pernah menyangkal kalau MV adalah salah satu produser musik yang punya perbendaharaan sangat luas soal musik di rak dan kepalanya untuk dia cope, trace dan sampling. Saat lagu ini mulai bersuara, kita bisa dengar loop intro dari pemain sax legend, John Coltrane di lagunya My Favorite Things; yang selanjutnya suara ini jadi loop dasar di lagu Kontra Muerta. Gak lama setelah intro John, MV timpah loop dasar dengan kombinasi beat dari Clap Your Hands (LL Cool J) dan Kissing My Love (Cold Blood). Kombinasi sampling tiga lagu itu jadi kasih kesan dark, tua (secara harfiah) dan entah kenapa saya merasa ada vibe lelah tapi masih tak mau mengaku kalah. Y'know what i mean? (of course they don't).

Meski di deskripsi lagunya dicantumkan kalau lagu ini juga mengandung bagian dari lagu I'm Losing You dari Rare Earth, tapi saya tak bisa menangkap di bagian mana (mungkin karena layer yg berlapis-lapis atau mungkin emang saya tidak pernah dengar lagunya Rare Earth jadi tidak merasa familiar).
Menambah kesan dark, ada permainan cello juga di bagian lagu ini yang diisi oleh seseorang bernama E Dikara Dhiauddin Djawas (dan setelah saya cari tahu orangnya, sepertinya list artis yang perlu saya ikuti sekarang bertambah 1). Permainan cello ini menarik saya balik ke lagu Homicide, Membaca Gejala dari Jelaga.
So, overall, Morgue Vanguard dan tim tidak pernah mengecewakan.

Sebenarnya, sebelum lagu ini muncul ke permukaan, Uprock83 dan kawan-kawan sudah mulai membocorkan kalau MV bakal merilis Kontra Muerta. Pertama kali, saya kira lagu ini bakal punya Krowbar vibe (yang kita semua tahu kalau rapper punk-swag ini betul-betul mendalami Spanish dan locos style) dengan musik di bawah 80 BPM semacam album Swagton Nirojim dan lirik dengan tema yang sama yang selalu Homicide bawa soal politik sosial dan kaum marjinal dengan flow api album Illsurekshun; ternyata makin tua seorang musisi/artist, bukan berarti mereka jadi mudah ditebak.


2. Lirik:
Selain perbendaharaan musik, MV juga punya perbendaharaan kata yang masif; macam satu KBBI lengkap ada di kepalanya. Selain kata, MV juga punya jutaan referensi buat mengawinkan analogi di liriknya; sebagai penulis, saya tidak tahu harus apa selain kagum dan tanya diri sendiri, "berapa banyak lembaran dan pengalaman yang dia lewatin sampai punya perpustakaan seluas itu di kepalanya?"

Meski MV punya perbendaharaan kata dan kawin silang analogi yang luas, dia gak pernah berhenti berkutat di referensi ideologi dan politik, punk dan hiphop, tiran lawan solidaritas dan perkawanan. Saya harus bilang, dia bisa melakukan sesuatu lebih dari itu tapi konsistensinya macam batu. Kontra Muerta tidak lepas dari ide utama soal referensi yang saya sebut.

Dari pertama baca liriknya, saya sudah tahu jelas kemana lagu ini mengarah yaitu; mengenang (dan tetap melawan). Dari awal sampai akhir, MV menyebut tiap alasan buat dirinya dan beberapa tokoh lain untuk tidak sekadar hidup atau menunggu mati, tapi menghidupi hidup itu sendiri; relate dengan judulnya 'Kontra Muerta" yg berarti Kontra Kematian. Di balik topik dan tema yg dia bawa berulang di lirik lagu ini, tujuannya tetap satu; mengenang api yg sama yg pernah dia bawa di video klip Memoar'98 ft Balcony; api nostalgi dan alm. Wahyu 'Jojon' Permana (gitaris Balcony).

Sebagai fans dari Homicide dan Balcony and the brotherhood between both of 'em, menurut saya, ini adalah lagu tribute untuk almarhum yang tepat secara emosional. (well, if u know Jojon and Balcony at their early years, you will get what i mean).

3. Little big things:
-Permainan cello dari artist yg khalayak umum tidak banyak tahu benar-benar saya respect, terlebih cello-nya benar-benar well played. I think the dude deserves a place to play with Jeremia Kimosabe.

-Jay Dawn Beathustler sekali lagi membuktikan kalau dia pegang peran penting di scene hiphop. Saya yakin, tanpa dia MV pun tidak akan dapat perbendaharaan lagu yg luas buat sample dan mixing yang ciamik.

-Di deskripsi video, disebut nama-nama asing (buat saya) sebagai additional vocals, yg pasti akan saya tunggu kalau-kalau ada kabar mereka bakal buat karya sendiri. (terlebih kalau diproduseri MV atau Jay)

-Penggalan pembacaan puisi 'Tidak Hari Ini' oleh MV di Rumah Cemara (komunitas peduli HIV, junkies dan kaum marjinal) tribute untuk Ginan Soekmayadi (vokalis Jeruji dan salah satu pendiri Rumah Cemara) dan Jojon menambah nilai sentimentil di lagu ini, yg menurut saya sangat-sangat bagus.

-Single may not always mean there's an upcoming album, but... who knows? i'm looking forward to it.

My 2 cents.

Waktu tidak pernah berhenti maju, pun tidak pernah setuju untuk mundur. Ada yang hanya mengikuti alur, hidup atas jarum di jam mereka dengan pengulangan yang sama tiap harinya. Banyak, entah siapa. Namun ada juga yang menghidupi jarum di jam mereka dengan menolak bergerak di alur yang sama; bukan hanya mencari 13 mungkin sudah sampai 15 atau 20. Banyak, yang jelas Morgue Vanguard adalah salah satunya.

Saya tidak bisa memungkiri kiblat penulisan saya semakin bertambah tua tiap harinya, tapi satu hal yang saya yakini; aksara saya tidak akan pernah kehilangan Barat.

Morgue Vanguard mengabadikan api semangatnya di tiap karya yang tentu saya comot sebagian besarnya, meski begitu, akan tiba waktunya api manusia jadi temaram dan padam. Namun setelah Kontra Muerta, saya menyadari akan selalu ada manusia yang menolak mati di jarum jamnya; Ginan Soekmayadi, Wahyu Permana, Paul Gray, Jeff Buckley, Whitney Houston dan sederet nama yang apinya masih hidup dan disampaikan dari generasi ke generasi. Morgue Vanguard, jauh atau dekat, sebelum waktunya tiba, telah membuktikan akan selalu ada yang hidup di garda depan kamar mayat.

29/05/2019. Pasha Fatahillah/Kinan Rawk.

You Might Also Like

2 comments

Popular Posts

Like us on Facebook