Kala
Agustus 03, 2017Kantung matamu menebal. Katakanlah, tak ada yang menyuruhmu tidur saat larut seperti kala itu. Katakanlah, tak ada yang berpura-pura tidur hanya untuk memastikanmu benar-benar tidur seperti kala itu. Kantung matamu menebal.
Kau tetap cantik. Katakanlah, ah, kau memang akan tetap cantik.
Kau makin cantik. Katakanlah, ia memerlakukanmu lebih layak tak seperti kala itu. Katakanlah, ia lebih bisa memanjakan fisikmu tak seperti kala itu. Kau makin cantik.
Apa kau senang? Apa kau lebih senang daripada kala itu? Aku harap iya. Sebab bila kau bilang tidak, esok hari ada laki-laki yang wajahnya takkan lagi bisa dikenali. Apa kau senang?
Aku adalah orang yang senang mengenang. Bukan tak mau pergi, tapi kakiku belum siap melangkah lagi. Dan kau, wanita yang kantung matanya makin menebal, adalah salah satu dari empat wanita yang selalu aku kenang selama ini. Apa kau juga senang mengenang?
Tanganmu, apakah masih hangat seperti kala itu? Bagaimana rasanya digenggam oleh tangan yang jelas jauh lebih besar dari tanganmu? Apa lebih hangat daripada kala itu? Kala jemari-jemari itu berangkulan sangat dekat sebab tak ada ruang yang perlu disisakan. Jemari-jemari itu mencemooh kekosongan dengan kehangatan. Jemari-jemari kala itu adalah jemariku.
Kamis, 3 Agustus 2017. Pasha Fatahillah.
Sent from my BlackBerry®
0 comments