Dunia Kejam? Aku Rasa Tidak (Flash Story)

Mei 22, 2017

"Kamu belum punya KTP? terus gimana? Disini kami perlu identitas resmi, kamu balik aja nanti sambil bawa surat pengantar dari Capil." kata bapak itu dengan suara lembut dan senyum yang hangat di mata orang lain namun menjengkelkan buatku.

Aku bersungut-sungut sebal sembari meninggalkan ruangan restoran itu. Kenapa aku yang harus menanggung lelah padahal soal KTPku yang belum jadi adalah ulah orang-orang goblok di atas sana. Aku menguncupkan bibir lalu berjalan memutar ke arah BEC dari BIP.

Kepalaku sakit karena terus memikirkan betapa kejamnya manusia dan dunia. Betapa kejamnya orang-orang yang mengambil uang besar tanpa permisi, betapa kejamnya perusahaan yang tak mengerti kondisi anak muda yang kurus kering ini, betapa kejamnya mereka yang tak mengerti kondisi negeri. Sesampainya di depan BEC aku memberhentikan angkot untuk kemudian aku naiki dan pulang ke rumah.

Di angkot, kepalaku semakin penuh. Kombinasi suara jalan raya dan obrolan ibu-ibu di angkot adalah melodi tersepi hari ini. Aku tak memedulikan semuanya hingga salah satu ibu itu berbicara. "Gak usah dibawa kesal ya, Ceu. Apa-apa juga kita harus terima seadanya, bukan malah dpikirin terus karena gak akan ada yang berubah." aku memandang ibu itu, ternyata dia sedang tidak berbicara padaku.

"Iya, justru kalau dipikirin terus malah fisik kita yang berubah. Malah sakit." kata ibu yang satu lagi.
Aku tersenyum seiring dengan lepasnya ketegangan di tengkuk leherku. Aku melihat para ibu-ibu dengan mata berkaca-kaca seiring dengan hilangnya migrain di sebelah kanan kepalaku. Hari ini aku menyadari bahwa manusia dan dunia tidak seburuk yang kukira.

22 Mei 2017. Pasha Fatahillah

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook