Justice, Cyanide, Government and Corporation
Oktober 20, 2016"Saya tidak pernah membunuh siapapun seumur hidup saya, apalagi membunuh sahabat saya sendiri." kata seorang wanita sembari menangis tersedu-sedu di tengah ruangan pengadilan.
"Tersangka Reina di hukum 20 tahun penjara." kata hakim sembari tiga kali mengetuk palu.
Pengadilan pun dibubarkan.
-*-
Di sebuah kantor pribadi yang megah dan mewah, seorang lelaki gendut tersenyum melihat keputusan hakim di televisi. Ia meraih ponsel di meja kerjanya dan menekan dua belas kombinasi angka, telepon pun tersambung.
"Good play out there," pria itu terkekeh
"Tetaplah bermain, untuk saat ini sudah tidak penting main cantik atau jelek sekalipun. Kekalahan kamu adalah kemenangan kita semua, permainan ini masih panjang. Tetaplah jadi pusat perhatian, media sudah saya kontrol. Selamat bermain dan sampai jumpa." lelaki itu menutup teleponnya dan seringai menyeramkan semakin melebar di wajahnya yang sebagian gelap karena cahaya di ruangan yang redup.
Lelaki itu semakin menang dalam kekalahan cantik orang lain yang telah dia atur sendiri. Belakangan ini, media dipenuhi oleh tayangan langsung pengadilan suatu kasus pembunuhan yang mengudara lebih dari 10 jam sehari tanpa jeda iklan. Tiga stasiun televisi besar Indonesia tak pernah absen menayangkan pengadilan tersebut, namun tak pernah ada yang menyadari bahwa tangan-tangan gelap bermain di belakang sederet media massa, juga tak pernah ada yang menyadari bahwa proses peradilan ini adalah opera sabun terlaris dengan biaya produksi termurah yang pernah di-publish oleh stasiun televisi Indonesia.
Kring.... Kring....
"Halo." bicara lelaki itu pada orang di sebrang telepon.
"Lancarkan rencana selanjutnya, keberhasilan dia menjabat di kota ini adalah tujuan kita yang sesungguhnya. Setelah ia berhasil dan memperpanjang masa jabatannya selama 5 tahun lagi, kita semua besar juga kecil akan menjadi manusia penguasa di negeri indah ini." lelaki gendut itu tertawa keras hingga terbatuk-batuk, lalu seketika wajahnya menjadi datar kembali setelah lawan bicara tak kasat matanya berbicara.
"Itu hal mudah, bunuh saja. Semoga Tuhan bersama kita." balas lelaki itu lalu meletakkan gagang teleponnya.
Sambungan terputus...
0 comments