­
Soul Savers : Split Personality Disorder - Baris Aksara

Soul Savers : Split Personality Disorder

September 10, 2016

Split Personality Disorder Regenerasi Yang Mati
Resha sepulang sekolah langsung pergi ke warung kopi langganannya, memesan satu gelas kopi hitam dan sebungkus rokok filter seperti biasa. Ia membuka buku tentang psikologi yang ia bawa lalu membacanya dengan jarak yang sangat dekat dengan mata hingga menutupi wajahnya, pandangan Resha agak rabun. Semua orang sibuk dengan urusan dan kopinya masing-masing hingga tak ada yang menyadari bahwa Resha telah dimata-matai belakangan ini.
-*-
Di seberang tempat Resha duduk, dipisahkan oleh 2 bangku kayu panjang khas warung kopi, sepasang mata mengamati Resha dibalik kacamata hitam. Ia menghisap rokok mild-nya dalam-dalam lalu menghembuskannya sembari menjatuhkan punggunya pada tembok dibelakangnya. Ia tersenyum tipis.
Satu batang rokok telah habis lalu ia beranjak mendekati Resha lalu duduk di bangku panjang tepat di depan Resha.
"Psychology Advance. So, young man, do you love psychology? Such a young age to take a read bout those heavy things. Hahaha." sapa lelaki berkacamata hitam itu.
Resha menurunkan buku dari pandangannya.
"You're Indonesian and we're on Indonesia. Bicaralah bahasa Indonesia." kata Resha sembari melemparkan senyum tipis palsu yang "membunuh" pada lawan bicaranya.
"Hahahaha. Senyummu! Senyummu seperti psikopat! Dan sikap dinginmu juga! Hahaha aku suka!"
"I'm not a psychopath, I'm a high-functioning sociopath."
"Awww sherlockian, bicaralah bahasa Indonesia." kata lelaki berkacamata hitam itu dengan sinis.
"Apa yang anda mau pak? Saya tidak ada waktu untuk mengurusi percakapan basi ini."
"Hahaha Resha Renjana...... Ehm S nya apa ya?" lelaki itu membaca papan nama yang melekat di seragam Resha.
"Senja."
"Hohoho nama yang bagus. Resha Renjana Senja. Anak pintar! Kau sudah tahu kepribadianmu yang mengarah pada sociopath, tapi ada beberapa hal yang tak kau tahu,"
Resha memandang lelaki itu penuh tanya.
"Pertama-tama, nama saya adalah Dian Nugraha, pendiri komunitas Psikologi dan Sosial yang bernama Soul Savers. We save the lost souls, and you're one of them."
"Intinya!" geram Resha tak sabar pada cara bicara Dian yang berbelit-belit.
"Take it easy bro, baiklah. Resha, kau tidak pernah tahu bahwa kau punya saudara kembar," wajah Resha dingin namun menyembunyikan rasa terkejut yang teramat besar.
"Kemarin saya sudah berbicara denganmu di tempat ini dan di waktu yang sama tapi sepertinya kau lupa atau.... Bukan kau yang sedang berbicara denganku kemarin."
"Cih, omong kosong. Saya tidak punya saudara, apalagi kembaran. Jadwal saya ke tempat ini hanyalah hari ini dan besok, kemarin sepulang sekolah saya tidur hingga jam 11 malam. Tidak ada kegiatan."
"Aaahh, berarti saudaramu ada di ragamu sendiri," Dian terkekeh.
"Split Personality Disorder. Elu gak sadar bahwa tubuh lu dikendalikan sesuatu. Sesuatu yang masih jadi bagian dari elu, kepribadian elu yang lain! Dan gua sempet kenalan kemarin, gua tahu namanya Kinan."
Resha terkejut, dia memandang Dian penuh tanda tanya dan rasa ketidak-percayaan. Tak pernah ada yang tahu teman imajinernya, dia tak pernah memberitahu siapapun.
"Kenapa.... Anda tahu Kinan? Dia... Cuma teman imajiner saya. Dia adalah ciptaan saya waktu kecil, ga mungkin dia jadi sesuatu yang hidup!" kata Resha tersendat-sendat, masih shock.
"Elu terlalu naif sha, gua jamin elu udah pernah baca soal Split Personality Disorder di buku itu, apa lu ga nyadar ada lebih dari tiga kesamaan gejala dengan elu dan apa yang tercatat di buku itu? Elu terlalu naif,"
"Elu adalah Lost Souls dan jadi tugas gua nyelamatin elu. Ikutlah sama gua ke Soul Savers! Disana elu bakal lebih tahu tentang diri lu dan elu bisa memperdalam ilmu yang lu cintai."
Resha terdiam, kepalanya menunduk untuk menjernihkan pikiran. Dian hanya memandang Resha penuh harap. Aroma kopi perlahan menghilang disapu keheningan diantara dua lelaki itu, hingga Resha mengangkat kepalanya dan air mukanya kembali datar dan dingin sedingin es. Resha menggangguk dengan mantap.
"Nah! Bagus,bagus! Sekarang elu resmi jadi adek gua hehehe." kata Dian sembari menepuk-nepuk kepala Resha.
Resha bergeming, tak pernah ia merasa keramahan seperti ini. Hatinya merekah, bahagia tanpa cela, kebenciannya teredam oleh satu tindakan dari orang yang baru ia kenal. Resha tersenyum, senyum yang tulus setelah sekian lama di bibirnya hanya terlukis senyum palsu.
-End-

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook