Opioid : Klandestin (Teaser - Unedited)

Juli 15, 2023

"King Pontius," Vida membuka hening. "Jalan Stampin, Kuching, Sarawak Malaysia. Kita cari namanya mulai dari sana. Riwayat transaksi restoran, belanja minimarket dan supermarket, pembayaran sekolah, tiket pesawat, basically anything you can scrape and find. Kita ambil dari rentang waktu dua bulan ke belakang, itu berarti bulan Februari, ambil segala pengecilan pencarian kalau ada clue." Vida memerintahkan tiga pasang telinga yang siaga, "Everything you find, keep it in the server and in this room, nothing leaves through that door but us." Kalimat terakhirnya menandakan bahwa segala operasi yang dilakukan di ruangan ini adalah klandestin, operasi hitam dimana tak satupun bagian dunia tahu selain yang ada di dalam ruangan itu, operasi yang sama yang sudah berkali-kali sekelompok pria itu lakukan.


Muerto, Zidan, dan Neo mulai bekerja di komputernya masing-masing. Mencari segala sesuatu yang berkaitan dengan nama King Pontius dari Malaysia. Bermula dari pencarian Google biasa untuk mencari kebocoran data server yang biasa terjadi di web pemerintahan, hingga menggunakan alat pencari yang lebih mutakhir seperti dorks scraper yang sedang Neo jalankan. Vida sendiri baru mulai duduk di kursi utama, mengotak-atik komputer miliknya yang sudah tak Ia jamah selama hampir setahun penuh. Muerto memandang punggung Vida, orang yang pernah menyelamatkannya dari hidup yang gamang.


Bertahun-tahun yang lalu, Muerto hanyalah kutu buku biasa. Ia menghabiskan waktunya mempelajari Internet dan segala hal yang membentuk jaringan virtual terbesar di semesta ini, Muerto pun belajar menemukan celah di tiap jaringan, memasukinya, dan menancapkan bendera bertajuk Muerto di jaringan yang berhasil Ia pijak lewat pintu belakang yang orang-orang tak pernah tahu. Ia sering mengikuti kompetisi Capture The Flag di Internet, sebuah kompetisi yang dirancang bagi orang-orang seperti Muerto untuk menemukan atau membuat celah dalam satu jaringan atau sistem, lalu mengekspos dan mengklaim Flag yang sudah ditanamkan oleh penyelenggara kompetisi untuk kemudian memperbaiki celah yang ditemukan untuk mencegah kompetitor lain merebut Flag-nya. Sebuah permainan Attack and Defense, Menyerang dan Bertahan. Muerto menaklukan beratus-ratus kompetisi CTF seperti itu tiap tahunnya, hingga tiba di satu kompetisi di penghujung 2014.


Kompetisi Capture The Flag yang satu ini tidak ada bedanya dengan ratusan kompetisi yang pernah Muerto ikuti dan taklukkan. Permainan pada awalnya diikuti 20 peserta. Pada tahap kualifikasi, tiap tahap permainan dirancang skenario teka-teki dimana tiap peserta harus menemukan celah dalam sistem dan memperbaikinya. Sepuluh tahap telah dilewati dan tersisa 4 peserta terakhir untuk bermain di Capture The Flag. Keempat peserta memulai permainan pada tahap yang sama. Tanpa info apapun dan hanya dibekali akses komputer via terminal dasar; seluruh peserta harus mengetahui sistem dan jaringan apa yang mereka coba tembus, menemukan atau membuat celah untuk masuk ke jaringan dan sistem tersebut, mencari Flag yang ditanam penyelenggara, dan peserta pertama yang mengklaim Flag harus menahan posisi tersebut selama 20 menit untuk dinyatakan sebagai pemenang. Bila peserta yang mengklaim Flag gagal mempertahankan Flag-nya, waktu penahanan Flag diulang kembali dari 0 untuk pemegang Flag selanjutnya, waktu terus berulang hingga salah satu peserta berhasil menahan Flag selama 20 menit penuh.


Muerto yang selalu belajar, praktek dan aktif di kompetisi CTF sebelumnya sangat percaya diri akan kemampuannya dan Ia yakin bahwa Ia yang akan mendapatkan Flag pertama kali tanpa bisa direbut. Ketika permainan dimulai, Muerto dan kompetisinya adalah dunia lain yang terpisah dari dunia nyata. Setelah menghabiskan 45 menit, Muerto menemukan lokasi Flag-nya dan hanya perlu membuka satu celah lagi untuk mengklaim Flag. Namun seperti ditinju di ulu hati, pengumuman bahwa peserta lain sudah berhasil mengklaim Flag muncul di layar komputernya, Muerto merasa dipecundangi hari itu. Peserta pertama yang mendapatkan Flag mulai memperbaiki celah-celah yang dibuat peserta lain termasuk Muerto, melempar Muerto kembali ke progress awal, meludahi Muerto dengan fakta bahwa Ia tidaklah sehebat yang Ia kira. Tak patah semangat, Muerto mengulangi apa yang sudah Ia lakukan, menemukan dan membuka celah baru untuk merebut Flag dari peserta lain.


Tepat ketika waktu bertahan tersisa 10 menit, Muerto berhasil merebut Flag dan mengusir peserta pertama tadi dari sistem. Tak sampai 1 menit, Flag berhasil direbut peserta lain darinya. Muerto kembali dibokongi. Ia seperti didorong sekuat tenaga dan diinjak oleh realita bahwa Ia bahkan tidak bisa menahan Flag hanya untuk satu menit saja.


Sesi bertahan dan perebutan Flag terus berulang, seluruh peserta mendapat bagian untuk mempertahankan Flag hanya untuk ditendang kembali oleh peserta lain. Terus berulang tanpa ada pemenang bahkan hingga kompetisi berjalan 8 jam penuh, pada akhirnya penyelenggara menetapkan kompetisinya dengan hasil seri. Hadiah dibagi rata kepada keempat peserta; Muerto, Vida, Neo, dan Zidan. Dari kompetisi itu mereka mulai terhubung, dari kompetisi itu mereka menjadi saudara.


"Vida, mau bir, gak?" Suara Zidan menarik Merto kembali ke masa kini.


Zidan berdiri dari duduknya, meregangkan tubuh tinggi berisinya, lalu melepaskan kacamata kotaknya. Ia berjalan tergopoh ke arah kulkas mini yang sudah diisi dengan satu lusin Heineken kaleng sejak awal kulkas itu Ia bersihkan.


"Boleh," Vida menyalakan Marlboro-nya. Entah sudah yang keberapa. 


"Merto, Neo?" Tanya Zidan.


"Mau. Makasih." Jawab Vida dan Neo bergiliran. Mereka yang paling akrab satu sama lain, hanya Neo yang memanggil Muerto dengan panggilan 'Akang'. Terlalu Sunda untuk tampang Cinanya, tapi bila diperhatikan pun logat dan pembawaan Muerto terlalu Sunda untuk disebut 'Koko'.


Keempat ksatria berkomputer menenggak bir mereka masing-masing secara bersamaan. Tanpa cheers, tanpa bersulang, tanpa aba-aba, gerakan mereka sudah sinkron satu sama lain. Sudah satu jam sejak Vida mengeluarkan instruksinya, setiap orang sudah punya hasil mereka masing-masing.


Zidan menghubungkan layar monitornya ke proyektor yang tergantung di lelangit via WiFi, semua orang memutar kursi ke arah proyeksi di sebelah kanan. Zidan dengan kaleng Bir di tangan kanannya dan laser pointer merah terhunus di tangan kirinya serupa lightsaber yang siap memangsa Dark Force.


"King P. Pin," pointer mengarah pada sebuah citra satelit Google Maps yang disiapkan Zidan. "Sebuah rumah terdaftar atas nama King P. Pin baru direnovasi awal bulan Februari lalu, bukti pembayaran disimpan di server kontraktor dengan metode pembayaran menggunakan cek yang kemudian dicairkan di Bank CIMB setempat. Beralamat di Stampin Barat, Kuching, Sarawak, Malaysia. Foto satelit dan CCTV sekitar sudah kusimpan di server, dan bisa kalian cek masing-masing. Thank you for coming to my Ted Talk."


Proyektor kini menampilkan layar milik Neo. Refleksi proyektor dipenuhi oleh dua foto close-up berukuran besar.


Dengan menggunakan kursor mouse-nya, Neo menunjukkan foto sebelah kiri, "King P. Pin," lalu kursor melompat ke sebelah kanan, "K. Ponti Ping." Neo menenggak birnya.


"Dua orang yang berbeda, inisial yang sama, nama berbeda. Dua orang ini terdaftar sebagai pemilik dua properti berbeda yang ada dalam 20 km radius pencarian kita. Mungkin orang yang di sebelah kiri adalah orang yang sama dengan yang Zidan temukan, tapi aku lihat alamatnya berbeda, kemungkinan dua properti berbeda nama. Besides that, nothing much, I'm sorry." Neo menutup penemuannya.


"Terima kasih, Zidan dan Neo," ujar Vida. "Muerto?"


"Okay, I'll send it to you all first." Tiga file baru muncul di komputer Vida, Zidan, dan Neo. "Mohon untuk dibuka file pertama, saudara-saudara," ujar Muerto riang.


File pertama berisikan resi elektronik belanja di salah satu minimarket di jalan Stampin, tanggal 14 Februari 2022. Empat bungkus rokok, tiga minuman ringan, dan satu makanan ringan tercetak jelas di resi dengan total 154 Ringgit Malaysia. Pembayaran dilakukan menggunakan kartu kredit, 429320922727xxxx. Hong Leong Bank.


"Baik, silahkan untuk berlanjut ke file kedua, kawan-kawan," Muerto benar-benar merasa bangga dengan penemuannya.


File kedua adalah sebuah resi elektronik dari salah satu restoran ternama di Sarawak, tanggal transaksi 1 Maret 2022. Isi resi dipenuhi makanan mewah yang bisa memenuhi empat atau lima perut manusia untuk semalam. Dari tenderloin hingga truffle dan shitake, dari sekadar jus jeruk hingga signature drink restoran tersebut. Total yang dibayar adalah 1275.20 Ringgit Malaysia. Pembayaran kembali dilakukan dengan kartu kredit, 429320922727xxxx. Hong Leong Bank. Kemungkinan nomor kartu yang sama dengan resi belanja sebelumnya.


"Okay, sebagai penutup, silahkan anda buka file ketiga, dan terima kasih."


File ketiga berisi resi pembelian tiket pesawat pulang pergi dari Malaysia ke Indonesia, dan satu tiket pesawat menuju Vietnam. Pemesanan atas nama, King Pontius Ping. Nama penumpang untuk pesawat tujuan Vietnam, King Pontius Ping. Nama penumpang untuk pesawat tujuan Indonesia ….


"GOTCHA!" teriak Vida. Muerto tersenyum lebar.


Pembelian dibayar menggunakan kartu kredit, 429320922727xxxx. Hong Leong Bank. 


Ini adalah orang yang mereka cari. Keempat ksatria menemukan wahyunya.


"Terima kasih, Muerto!" Ujar Vida. Muerto tersenyum makin lebar. "Seperti kalian, aku juga menemukan sesuatu. Aku simpan file-nya di server, silahkan akses dan tolong cari tahu lebih banyak. Fokus di nama King Pontius Ping, sepertinya foto orangnya yang tadi Neo temukan. Bisa konfirmasi, Neo?"


Neo mengangkat tinggi kedua jempolnya, wajahnya tertutup monitor, hoodie masih setia menelungkup kepalanya.


"Oke, thanks. File yang aku temukan sudah bisa diakses dan aku yakin bisa membantu." Gemuruh perut Vida memotong segalanya, bahkan mengalahkan gemuruh ruang server. "Ada yang mau makan? Hehe."


Semua orang tertawa. Hanya butuh satu jam untuk mereka menemukan apa yang mereka cari. Hanya butuh satu jam untuk hidup kembali dengan yang sudah mati. Berapa jam yang dibutuhkan untuk mereka menyadari bahwa yang sudah mati harus tetap dibiarkan mati?


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook