Cardinal Sins: Pride (Teaser)

Juli 08, 2023

Bandung, 29 Januari 20XX

Namaku Raina Citra Pelangi. Aku adalah seorang penulis, desainer grafis dan pembicara publik. Ketika aku kecil, aku tidak pernah berpikir menjadi pekerja seni, apalagi pembicara publik. Dulu, aku adalah anak yang kikuk, target bullying di tiap sekolah dan jadi underdog setiap tahunnya. Namun sejak aku lulus SMA dan berencana untuk melanjutkan kuliah, hidupku mulai berubah.

Sekitar empat tahun lalu, ketika aku sedang menjalani masa orientasi studi di salah satu universitas ternama di Bandung, aku menemukan sebuah cincin hitam tergeletak di tengah lapang utama. Dengan kepolosanku, aku mengambil cincin itu, mengamati tiap sisinya, siapa tahu ada identitas pemiliknya. Tapi aku tak bisa menemukan apapun selain tulisan “Pride” berlapis emas yang dipahat dengan sempurna di bagian dalam cincin. Entah kenapa, waktu itu aku merasa jatuh cinta pada sebuah cincin, aku memakainya di jari manis tangan kananku. Hingga saat ini. Dan sejak saat itu, sebuah cincin berhasil mengubahku, hidupku, dan aku berani berkata kalau sejak itu dunia ada di genggaman tanganku.


Sejak cincin ini menghiasi jemariku, aku mendapatkan hal-hal yang tak pernah aku pikir bisa aku dapatkan. Aku mendapatkan rasa percaya diri setinggi Everest, kemampuan kognitif yang hampir menyentuh kapasitas orang jenius, ingatan yang tajam dan otakku bisa menyimpan informasi dengan jelas melebihi orang lain bahkan hard drive komputer. Selain itu, aku mendapat informasi yang tak pernah bisa aku percaya sebelumnya.

Apa kau seorang yang beriman atau menolak Tuhan? Apa kau percaya pada setan, iblis, malaikat, surga dan neraka? Apa kau percaya pada jutaan hal yang tak bisa dijelaskan oleh sains? Apa kau percaya bahwa ada banyak entitas yang hidup di semesta ini selain manusia, hewan dan tumbuhan? Pada awalnya aku tak percaya pada hal-hal itu, aku tak pernah tertarik. Tapi ketika cincin ini melingkar di jemariku, aku dicekoki informasi soal mereka seperti flashdisk yang terpasang di komputer dan otakku secara otomatis mengambil segala informasi di dalamnya. Khususnya tentang para iblis.

Semesta raya diciptakan atas kehendak Tuhan. Sebagai pencipta, Ia mengisi karyanya dengan macam-macam makhluk sebagai unsur yang menjalankan karyanya. Dimulai dari sel tunggal yang dimasak dari kendi maha besar berisi macam-macam unsur alam yang kita kenal sebagai “Sup Primordial”. Sel-sel kecil itu berevolusi, menyesuaikan diri dengan kondisi dunia untuk bertahan hidup, memperpanjang usianya dengan macam-macam bentuk dan akhirnya jadi bagian besar dari kehidupan yang berjalan hingga saat ini.

Tuhan tidak menciptakan makhluk di Bumi saja. Jauh di sana, di singgasana tempat Ia menulis skenario-Nya, Ia menciptakan malaikat dan iblis. Malaikat adalah legiun cahaya murni, pembawa hal-hal baik, keteraturan, dan menjadi makhluk paling taat pada Tuhan tanpa nafsu dan emosi. Sedangkan iblis diciptakan berdasarkan prototype yang sama dengan manusia, mereka berevolusi dan berkembang biak seperti manusia. Iblis bertugas sebagai pembawa kekacauan, kehancuran, dan cahaya yang menyesatkan. Iblis jadi antagonis atas izin Tuhan dan sebagai penjamin penutup untuk karya-Nya, semesta. Ya, jagat raya ini diciptakan untuk hancur.

Setiap makhluk berevolusi, bukan hanya bentuk fisik tapi juga evolusi terjadi pada kesadaran makhluk itu. Hewan dan tumbuhan adalah makhluk yang evolusinya dibatasi, sedangkan manusia dan iblis tidak pernah berhenti berubah. Hari ke hari, tahun ke tahun, abad ke abad, milenium ke milenium; manusia dan iblis berubah beriringan, mengadopsi kesadaran baru.

Dengan pengetahuan, manusia mengasuh kesadaran dari jawaban-jawaban yang lahir dari otak-otak penasaran soal bagaimana dunia bekerja. Dari penyembah alam menjadi penyembah hirarki keluarga dewa serupa Olympus, dari penyembah Tuhan yang maha tunggal hingga akhirnya membunuh Tuhan dengan pengetahuan. 

Dengan pengetahuan, manusia telah membunuh Tuhan, Nietzsche ternyata benar soal Tuhan yang telah mati. Setelah Tuhan mati, malaikat hanyalah sekelompok samurai tanpa majikan, hingga sebagian besar malaikat melakukan harakiri. Maka, jagat raya ini diambil alih oleh manusia sebagai spesies dominan, namun ada satu hal yang tak pernah kita sadari: iblis masih hidup di antara kita.

Beriringan dengan kita yang bertumbuh, iblis tak terlihat, hidup di antara kita. Mewujud sebagai ekonomi global yang mencekik tiap orang, pemujaan figur dengan nama selebritis, sebagai teknologi dan hal lainnya yang terlihat indah namun sebenarnya hanya membatasi kita sebagai manusia. Namun, iblis tidak hanya mewujud sebagai hal kecil yang membatasi kita, ada tujuh iblis besar yang telah mencapai evolusi final. Tujuh iblis yang mewakili tujuh dosa besar untuk manusia, mereka mewujud sebagai tujuh benda dengan kemampuan di luar nalar untuk pemiliknya.

Greed, Sloth, Envy, Pride, Gluttony, Wrath dan Lust. Cincinku adalah salah satu dari iblis itu, sebuah perwujudan dari pangeran iblis bernama Lucifer, ia mewakili dosa kesombongan. Tidak ada cara untukku lepas dari cincin ini, aku terikat sebagai agen dari salah satu pangeran iblis.

Dengan kemampuan cincin ini, aku menerima begitu banyak informasi soal asal usul semesta dan aku menyadari bahwa kematian Tuhan dan kejadian bunuh diri para malaikat adalah bagian dari skenario yang telah Tuhan rancang jauh sebelum seluruh ciptaan-Nya mengenal hidup. Memberikan akses penuh pada iblis untuk menjalankan bagiannya sebagai penghancur dan penutup cerita. Dunia ini ada di ujung tanduk.

Hari ini, ada kejadian yang menarik perhatianku. Ketika aku melewati sebuah taman di tengah kota, aku merasakan ada sesuatu yang janggal sedang terjadi. Pernahkah kau merasa tak berdaya? Seakan segala hidupmu direngkuh oleh entah, dilemparkan tubuhmu ke atas ranjang dengan tangan dan kaki terborgol pada keempat sudut ranjang, lalu dipaksa melihat dunia bergerak sebagaimana mestinya, meski tanpamu. Itulah yang aku rasakan hari ini di taman, namun perasaan itu hanya sekadar lewat, tak sampai 5 detik. Aku tidak menyadari apa yang terjadi di sana, hingga aku tiba di rumah dengan informasi baru yang kudapatkan dari cincinku.

Enam siluet manusia tergambar jelas di hadapanku, aku tahu mereka melihatku dengan jelas, meski yang aku lihat tak lebih dari sekadar bayangan. Mereka mendekatiku, satu per satu dari mereka membisikkan sesuatu di telingaku.

"Wrath," siluet pertama terbakar api sepenuhnya tanpa bekas.

"Envy," siluet kedua mengundurkan diri dengan cahaya yang merangsek menebus absensi.

"Gluttony," siluet ketiga terhempas menuju entah.

"Greed," siluet keempat menyusut tepat di depan kakiku.

"Lust," siluet kelima bernafsu memeluk kemudian melebur dengan bayanganku.

"Sloth," siluet terakhir terdiam lebih lama daripada yang lain, untuk kemudian menghilang tiba-tiba seperti dihapus paksa dari realita.

Aku bukan satu-satunya orang yang terikat dengan iblis. Aku yakin siapapun yang aku temui di taman itu adalah salah satu dari mereka, atau mungkin mereka semua ada di sana. Yang jelas, aku tidak sendiri. Sayangnya, aku tak tahu siapa dan dengan iblis mana yang hadir di taman itu.

Yang aku tahu saat ini adalah, aku harus mencari tahu siapa orang itu.

Esok hari, aku akan kembali ke taman itu lagi.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook