Netra : Observe (Versi Bahasa Indonesia)
Mei 18, 2021"Maukah kau membantuku?" tanya Sang Lelaki. Bibirnya tak bergerak, Ia bertanya di dalam kepalanya sendiri.n
Sang Wnita melihat ke arah Sang Lelaki, mata ke mata. Mereka semakin mendekat tiap tarikan napas. Satu inci per tarikan napas hingga mereka tak tahu lagi apa itu "Jarak". Sekarang, hidung mereka saling bersentuhan.
"Membantumu soal apa?" Sang Wanita bertanya. Bibirnya pun tak bergerak. Matanya masih terpaku pada mata Sang Lelaki, seakan ada banyak multi semesta yang perlu dinikmati di masing-masing mata mereka.
"Soal semuanya," pikir Sang Lelaki. "Soal hidup."
Mereka berdua tersenyum. Pertukaran kata-kata yang terjadi di dalam ruang kecil di antara kepala mereka entah bagaimana membawakan mereka ribuan senyum yang tak sering mereka dapatkan di masa hidup mereka. Penderitaan, rasa sakit dan tekanan intens yang telah mereka alami hanya menyisakan satu tempat kecil untuk senyum menyelinap masuk. Meski dua puluh ribu tahun masa hidup mereka masih dianggap "muda", mereka sama-sama merasa bahwa mereka sudah mengalami cukup banyak hal.
"Aku telah menemukanmu," pikir Sang Lelaki lagi. Pertukaran kata-kata kembali terjadi. "Dan kau telah menemukanku."
"Iya," Sang Wanita membalas. "Aku akan membantumu."
"Kau sudah membantuku, Netra."
Sang Wanita dikenal sebagai Netra, atau hanya Sang Lelaki saja yang senang menyebutnya "Netra" karena Sang Lelaki percaya bahwa Netra dihadirkan sebagai matanya. Membantu Sang Lelaki melihat apa yang biasanya tak bisa Ia lihat, melihat melampaui pengertian dan memecahkan sekat bidang pandang semesta ini. Sang Lelaki selalu berpikir bahwa pertemuannya dengan Netra dimaksudkan untuk tujuan yang lebih agung; untuk Sang Lelaki, perspektif yang lebih luas di dalam hidupnya yang menyedihkan. Mata tambahan sama dengan perspektif tambahan.
Di sisi lain, kita tidak tahu banyak tentang apa yang Netra pikirkan. Yang kita tahu soal isi kepalanya hanyalah apa yang Ia biarkan kita dengar. Netra sepenuhnya sadar tiap apa yang Ia lakukan dan Ia pikirkan; pertukaran kata-kata yang tadi kita dengar, sengaja Netra siarkan langsung pada kita. Kita tidak akan tahu apa-apa bila Netra ingin kita tidak tahu apa-apa. Netra tahu nama Sang Lelaki, bukan nama lengkap sebenarnya, hanya sedikit bagian dari nama Sang Lelaki. Netra bahkan tak punya panggilan spesial untuk Sang Lelaki, tak seperti sebaliknya. Kita tak tahu apapun tentang apa yang ada di dalam hati Netra. Yang kita tahu hanyalah, Netra sama lelahnya dengan Sang Lelaki. Mereka berdua, sama lelahnya dengan kita.
"Sekarang giliranmu untuk membantuku," pikir Netra.
"Membantumu soal apa?" Sang Lelaki menjawab.
"Surga adalah satu-satunya hal yang aku butuhkan," Netra membalas tanpa jeda.
"Baik," Sang Lelaki setuju. Tidak ada bantahan sedikitpun atas apa yang Netra minta, Malaikat memang seharusnya ada di Surga, pikir Sang Lelaki. Hanya saja, Sang Lelaki tak tahu bagaimana caranya mendapatkan surga untuk Netra, atau membuat Surga untuk Netra.
"Aku akan membantumu dengan segala yang aku miliki," Sang Lelaki berkomitmen. Sepenuhnya pasrah dan menyerahkan diri pada Netra. Ia jatuh cinta.
Dan Cinta hanyalah jurang tak berujung lainnya di semesta ini.
Pasha Fatahillah.
25 Maret 2021, di tempat yang tak dekat.
0 comments