­
A Good Place To Die - Baris Aksara

A Good Place To Die

September 07, 2017

Sebuah solilokui yang aku tulis untuk mengenang kematian salah satu teman, keluarga, seorang kakak yang baik bagi seluruh manusia. Di ujung pertarungan beratnya melawan depresi, ia memutuskan untuk pergi. For you, wherever you are. We are and we will be missing you, always. Rest in peace!

-*-

Padang rumput hijau setinggi paha terhampar di hadapanku. Mereka merunduk bersama, seakan memberi hormat pada kehadiranku. Gelombang angin memaksa kakiku meluluh dan jatuh. Meresap kesendirian setelah membaur pada bising yang tak pernah aku harapkan. Aku menengadah, mendapati burung-burung yang terbang tepat di atasku. Mereka tahu akan ada bangkai untuk dimakan tanpa perlu memburu.

Hidungku menyesap aroma bumi, telingaku mendengar rerumputan bersimponi, mataku menikmati silau mentari. Di ujung pertarungan antara logika dan depresi, fakta dan ilusi, aku tersenyum dan berterima kasih pada semesta ini. Terima kasih, telah memberiku tempat untuk bertarung dan masih memberiku tempat untuk menyerah pada abu perang yang aku larung. Terima kasih pada pergerakan semesta yang masih memberiku tempat di sela apatisnya dunia, memberiku delapan malaikat di antara iblis yang merupa manusia. Dan kini, aku mengkhianati jagat raya karena tak lagi aku mampu mendobrak monster-monster berzirahkan keras problema. Mohon maaf, aku mengkhianati Tuhan dengan meludahi Para Utusan.

Dan kini, di sini aku terduduk. Menyambut perebutan antara Iblis dan Marduk. Menunggu siapa yang akan memenangkanku. Jika Iblis, maka beruntunglah aku hingga tak perlu lagi aku berseru. Jika Marduk, Tuhan atau apapun itu, maka matilah aku digerogoti dunia. Maka, hari ini, aku mohon pada tiap unsur semesta, pada Tuhan manapun, biarkan Iblis menyentuhku dengan jemarinya.

Padang rumput itu menjadi ricuh, dua jalur yang saling mendahului menuju ke arahku. Aku memejamkan mata, menunggu sang pemenang. Raungan keras terdengar tepat di depanku, getarannya teramat terasa di sekujur tubuhku. Aku tersenyum, si Iblis menang.

Dan semua menjadi sakit dan gelap. Aku jadi makan siang burung yang kalap.

Kamis, 7 September 2017. Pasha Fatahillah.
Tribute for the loved one of Soul Savers. We miss you. Godspeed, rest in peace

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook