Puisi Angan Hujan
September 06, 2016Kadang, realitaku hancur lebur oleh tarian rintik hujan
Dan juga hujanlah yang setia membuai angan
Diatas ubin beralaskan tikar, dibawah gubuk beratapkan genting, mereka seperti irama nan abadi
Di kelilingi asap hampa, di antara aroma kopi, mereka mencumbu yang nyata dengan imaji
Tak kusadari, seakan-akan mereka saling menenun aksara dalam anestesiku
Mencoba bangkitkan aku yang tertunduk di sudut ruangan dengan sebait monolog pilu
Ratusan elegi kusenandungkan bersamanya, takku lelah, seperti ada energi yang tak ku undang
Penuh hasutan nyata yang memaksa diri tuk tetap terang
Disinilah tempatku duduk bersua dengannya, aku hidup didalamnya
Dan aku mati seiring dengan surut hujan yang mengembalikan realita
Kolaborasi pikir dan rasa Pasha Fatahillah dan Agung Ginastiar.
6 September 2016.
0 comments