Kembali Pada Keterbatasan Tak Berbatas
November 25, 2016Aku berdiri tegak di ujung tebing kehidupan, tak bergerak. Separuh dariku ingin menjatuhkan diri ke dasar, separuh lagi memaksaku untuk tetap sadar. Duniaku gelap dan pengap lalu aku menerka apakah duniamu seperti ini juga? Di setiap batas pandang hanya ada dirimu yang mewujud dalam kumpulan bayang usang. Bahkan dalam gelap mata, kau ada. Aku telah menyesap sakit yang membuatku gila, halusinasi jadi fakta dan fakta jadi hiperbolis. Aku telah menyesap sakit dan bermaksud untuk membuatmu menjauh namun setiap asap hampa itu malah memaksamu utuh, utuh menjadi bayangan yang ampuh membuatku rapuh. Dari garis awal, ini memang salahku yang paling fatal.
Aku tak bisa menjelaskan bagaimana pikiranku yang selama ini penuh batas aturan jadi mendobrak tiap dinding keterbatasan, jadi anarkis dan bengis demi satu nama, satu rupa, satu raga. Demi kau. Setiap bagian diriku berperang, saling menentang. Aku hanya jadi pemirsa dan menyediakan pembenaran bila tiba saatnya aku disalahkan.
"Aku mencintainya!" kataku.
"Maka berusahalah!" kata sebagian dariku.
"Aku tak pantas untuknya!" kataku lagi.
"Maka tinggalkanlah!" kata sebagian diriku.
"Tapi aku mencintainya!"
Selalu seperti itu, angan melawan logika yang menimbulkan sebuah absurditas yang lebih parah dari sisifus. Semacam menusuk selang infus dengan toxin dosis kecil sehingga membuat perlahan-lahan mampus.
Selalu seperti itu, dan akhirnya kembali aku merenungkan diri dengan Lucy atau Mary atau wanita murahan yang bisa dibeli ilegal di apotik, si Tarmi. Mereka semua tak berujung baik, hanya memperparah keadaan hingga aku tak sadar bahwa aku telah menembus dinding perbedaan antara halusinasi dan fakta. Ya, halusinasi jadi fakta, fakta jadi hiperbolis.
Hari ini, aku telah mengecup bibir Mary lalu menyesapnya penuh gairah. Mulutku penuh oleh liurnya, aku menelannya habis, paruku sesak. Nafasku tersengal-sengal, mungkin ini saatnya waktuku habis tapi ini akhir yang indah. Di ujung waktuku, aku menggenggam tanganmu, erat. Terima kasih Mary, kau telah menghadirkannya untukku.
Aku jatuh ke dasar jurang.
25 November 2016. Pasha Fatahillah.
0 comments